Sunday, January 20, 2013

Ringkasan Film #Linimassa 1


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan aktif dalam menggunakan jejaring sosial.  Hal ini dibuktikan dengan, dari 220juta orang di Indonesia yang menggunakan facebook sudah mencapai 30,1 juta orang dan menduduki peringkat ke 2 di dunia serta pengguna twitter yang mencapai 6,2 juta orang dan menduduki peringkat ke 3 di Asia dari sisi jumlah twitter yang ada, sedangkan dari sisi pengguna aktif, bangsa Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia.  Pengguna handphone serta layanan internet di Indonesia juga tidak menunjukkan angka yang sedikit.  Ada sekitar 45 juta pelanggang internet, pengguna blogger mencapat 2,7 juta dan pengguna hand phone mencapai 150-180 juta orang yang berarti hampir 80% orang Indonesia menggunakan hand phone sebagai alat komunikasi mereka.  
Pengguna internet dan jejaring sosial tidaklah hanya dikalangan muda saja, sebagai contoh seorang tukang becak dari Jogja yang merupakan single parent karena istrinya meninggal akibat gempa Jogja tahun 2006 berhasil menggunakan facebook sebagai media untuk mempromosikan jasanya.  Usaha ini berhasil karena disela-sela kesibukannya ia masih mau untuk belajar mengenai internet dan sosial media khusunya facebook.  Berkat mempromosikan dirinya di facebook, Harry, begitu sapaannya, memiliki pelanggan dari mancanegara.  Pekerjaannya tidak sebatas hanya sebagai tukang becak, ia juga seorang tour guide dan ia juga melayani orang yang hendak berwisata ke Jogja dengan membantu mereka memesankan hotel.  Belajar menggunakan internet dan sosial media seperti facebook merupakan hal yang biasa, tetapi saat seorang tukang becak bisa menggali manfaat dari menggunakan facebook, hal ini menjadi luar biasa. Kita harus lebih bisa memanfaatkan facebook secara optimal lewat kisah Harry yang sangat menginspirasi, jangan hanya gunakan facebook untuk update status saja.  Kisah selanjutanya merupakan kisah Blontank Poer dan teman-temannya dari komunitas Blogger Bengawan.  Mereka ini memiliki kemampuan untuk mengumupulkan atau mengundang sumber daya dari tempat lain untuk bisa mendukung program mereka sangatlah luar biasa.  Awalnya Blontank dan teman-temannya terinspirasi dari teman-teman blogger UNS.  Mereka lalu memberi nama komunitas mereka dengan nama Bengawan supaya terlihat netral dan tidak menimbulkan kesan hanya mahasiswa saja yang dapat bergabung.  Nama Bengawan ini juga memiliki arti yaitu keterbukaan sehingga semua orang boleh bergabung layaknya sungai Bengawan Solo yang luas, tidak hanya sebatas pelajar atau orang kampus.
Pengguna internet dan sosial media selain tidak terbatas oleh umur tetapi juga tidak terbatas oleh keadaan fisik.  Sebagai contoh banyak orang yang memiliki cacat fisik juga masih mau belajar mengenani internet, blog, sosial media, dan mengoprasikan komputer.  Kuncinya adalah adanya kemauan yang besar sehingga apa yang dilihat orang sebagai penghambat dapat dijadikan sebagai motivasi diri mereka sendiri.  Internet dan sosial media juga tidak menghambat kita untuk berbuat kasih terhadap sesama, hal ini dibuktikan dengan adanya  Blood For Life yaitu sebuah lembaga inisiatif dari Mbak Silly yang membantu orang-orang yang membutuhkan darah secara mendadak.  Salah satu contohnya adalah ketika ada seorang yang bernama Anna Maria yang membutuhkan darah AB dengan rhesus negative untuk operasi kanker kandungan meminta bantuan untuk dicarikan darah karena darah AB dengan rhesus negative sangatlah susah dicari.  Dengan bantuan Blood For Life ini, Mbak Silly berhasil mengumpulkan 20 orang yang darahnya bersedia untuk di tes dan akhirnya dapat membantu Anna Maria untuk menjalani operasinya.  Kita terkadang tidak mau memahami bahwa ada banyak fungsi dari internet dan sosial media, kita harus bisa untuk menggali fungsi-fungsi tersebut karena tak disangka juga internet dan sosial media dapat menyelamatkan nyawa orang.
Jika kita melihat kembali pada tahun 2008, kita akan teringat pada kasus hukum Prita Mulyasari.  Kembali lagi internet dan sosial media menunjukkan fungsi sosialnya.  Prita seorang ibu yang hanya ingin menyatakan keluh kesahnya di surat pembaca dan e-mail mengenai pelayanan rumah sakit swasta di Tangerang dipidana karena telah melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik, selain itu pihak rumah sakit juga menggugat Prita untuk dipenjara selama 3 minggu dan denda sebesar 204 juta rupiah.  Hal ini membangkitkan rasa solidaritas masyarakat untuk mendukung Prita melalui gerakan sosial media dengan mengumpulkan koin solidaritas untuk membayar denda yang dijatuhkan pada Prita.  Aksi sosial media ini membuahkan hasil karena pada akhirnya Prita dibebaskan dari segala tuntutan dan koin tersebut mencapai jumlah denda Prita.  Peristiwa ini menunjukkan begitu besarnya peran dunia maya untuk mendukung kebebasan seorang Ibu.  Kasus Prita ini juga sering disamakan dengan kasus Lumpur Lapindo yang keduanya sama-sama menggunakan jasa sosial media untuk mengumpulkan bantuan, akan tetapi mengapa  kasus Prita dapat dinyatakan lebih “berhasil”?  Itu karena kasus Prita beresonansi dengan kebanyakan pengguna internet.  Selain kasus Prita, kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh Bibit-Chandra juga menimbulkan berbagai dukungan di sosial media karena masyarakat berpandangan bahwa kasus ini melibatkan peran orotitas politik dan kepolisian untuk melemahkan KPK, dan pada akhirnya dukungan dari masyarakat melalui media sosial berhasil membuat masalah ini untuk tidak dibawa lebih jauh ke pengadilan.
Kisah yang terakhir merupakan kisah sosial media yaitu twitter yang menggerakan hati para kaum muda untuk langsung terjun ke daerah kejadian terjadinya bencana Gunung Merapi Meletus.  Melalu twitter mereka mengetahui berita tentang Merapi dan akhirnya memutuskan untuk langsung memberikan bantuan di lokasi kejadian.  Twitter ini yang membantu korban bencana untuk dapat bersuara dan mendorong para pengguna untuk dapat menangkap suara para korban dan dengan rela hati membantu mereka.  Informasi twitter inilah yang menjadi kekuatan. 
Pada intinya internet jika dipergunakan dengan seoptimal mungkin akan memiliki banyak manfaat yang luar bisa bahkan untuk melakukan gerakan sosial dan menuju kearah yang lebih baik.  Bangsa Indonesia memang bukan bangsa yang kaya, kita ini miskin.  Akan tetapi kita tidak bodoh, kita ini bangsa yang pandai apalagi jika kita diberi kesempatan dan kita bisa menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin, kita akan menjadi bangsa yang dasyat.  Bangsa kita ini secara tidak langsung sudah menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain di dunia dalam bidang IT, dimana sosial media digunakan untuk menegakan keadilan, menanggulangi bencana, memberikan nyawa bagi orang lain, dan untuk anti korupsi.  Bangsa Indonesia ini sudah jalan, bukan bangsa yang hanya diam saat ada sesuatu yang salah.  Hanya saja jika pemerintahan masih bodoh dalam menghadapi rakyat yang begitu pintar, semuanya tidak akan ada apa-apanya.