Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang besar dan aktif dalam menggunakan jejaring sosial. Hal ini dibuktikan dengan, dari 220juta orang
di Indonesia yang menggunakan facebook sudah mencapai 30,1 juta orang dan menduduki
peringkat ke 2 di dunia serta pengguna twitter yang mencapai 6,2 juta orang dan
menduduki peringkat ke 3 di Asia dari sisi jumlah twitter yang ada, sedangkan
dari sisi pengguna aktif, bangsa Indonesia menduduki peringkat pertama di
dunia. Pengguna handphone serta layanan
internet di Indonesia juga tidak menunjukkan angka yang sedikit. Ada sekitar 45 juta pelanggang internet,
pengguna blogger mencapat 2,7 juta dan pengguna hand phone mencapai 150-180
juta orang yang berarti hampir 80% orang Indonesia menggunakan hand phone
sebagai alat komunikasi mereka.
Pengguna internet dan jejaring
sosial tidaklah hanya dikalangan muda saja, sebagai contoh seorang tukang becak
dari Jogja yang merupakan single parent karena istrinya meninggal akibat gempa
Jogja tahun 2006 berhasil menggunakan facebook sebagai media untuk
mempromosikan jasanya. Usaha ini
berhasil karena disela-sela kesibukannya ia masih mau untuk belajar mengenai
internet dan sosial media khusunya facebook.
Berkat mempromosikan dirinya di facebook, Harry, begitu sapaannya,
memiliki pelanggan dari mancanegara. Pekerjaannya tidak sebatas hanya sebagai
tukang becak, ia juga seorang tour guide dan ia juga melayani orang yang hendak
berwisata ke Jogja dengan membantu mereka memesankan hotel. Belajar menggunakan internet dan sosial media
seperti facebook merupakan hal yang biasa, tetapi saat seorang tukang becak
bisa menggali manfaat dari menggunakan facebook, hal ini menjadi luar biasa.
Kita harus lebih bisa memanfaatkan facebook secara optimal lewat kisah Harry
yang sangat menginspirasi, jangan hanya gunakan facebook untuk update status
saja. Kisah selanjutanya merupakan kisah
Blontank Poer dan teman-temannya dari komunitas Blogger Bengawan. Mereka ini memiliki kemampuan untuk
mengumupulkan atau mengundang sumber daya dari tempat lain untuk bisa mendukung
program mereka sangatlah luar biasa.
Awalnya Blontank dan teman-temannya terinspirasi dari teman-teman
blogger UNS. Mereka lalu memberi nama
komunitas mereka dengan nama Bengawan supaya terlihat netral dan tidak menimbulkan
kesan hanya mahasiswa saja yang dapat bergabung. Nama Bengawan ini juga memiliki arti yaitu keterbukaan
sehingga semua orang boleh bergabung layaknya sungai Bengawan Solo yang luas,
tidak hanya sebatas pelajar atau orang kampus.
Pengguna internet dan sosial
media selain tidak terbatas oleh umur tetapi juga tidak terbatas oleh keadaan
fisik. Sebagai contoh banyak orang yang
memiliki cacat fisik juga masih mau belajar mengenani internet, blog, sosial
media, dan mengoprasikan komputer.
Kuncinya adalah adanya kemauan yang besar sehingga apa yang dilihat
orang sebagai penghambat dapat dijadikan sebagai motivasi diri mereka sendiri. Internet dan sosial media juga tidak
menghambat kita untuk berbuat kasih terhadap sesama, hal ini dibuktikan dengan
adanya Blood For Life yaitu sebuah
lembaga inisiatif dari Mbak Silly yang membantu orang-orang yang membutuhkan
darah secara mendadak. Salah satu
contohnya adalah ketika ada seorang yang bernama Anna Maria yang membutuhkan
darah AB dengan rhesus negative untuk operasi kanker kandungan meminta bantuan
untuk dicarikan darah karena darah AB dengan rhesus negative sangatlah susah
dicari. Dengan bantuan Blood For Life
ini, Mbak Silly berhasil mengumpulkan 20 orang yang darahnya bersedia untuk di
tes dan akhirnya dapat membantu Anna Maria untuk menjalani operasinya. Kita terkadang tidak mau memahami bahwa ada
banyak fungsi dari internet dan sosial media, kita harus bisa untuk menggali
fungsi-fungsi tersebut karena tak disangka juga internet dan sosial media dapat
menyelamatkan nyawa orang.
Jika kita melihat kembali pada
tahun 2008, kita akan teringat pada kasus hukum Prita Mulyasari. Kembali lagi internet dan sosial media
menunjukkan fungsi sosialnya. Prita
seorang ibu yang hanya ingin menyatakan keluh kesahnya di surat pembaca dan
e-mail mengenai pelayanan rumah sakit swasta di Tangerang dipidana karena telah
melanggar UU Informasi dan Transaksi Elektronik, selain itu pihak rumah sakit
juga menggugat Prita untuk dipenjara selama 3 minggu dan denda sebesar 204 juta
rupiah. Hal ini membangkitkan rasa
solidaritas masyarakat untuk mendukung Prita melalui gerakan sosial media
dengan mengumpulkan koin solidaritas untuk membayar denda yang dijatuhkan pada
Prita. Aksi sosial media ini membuahkan
hasil karena pada akhirnya Prita dibebaskan dari segala tuntutan dan koin
tersebut mencapai jumlah denda Prita.
Peristiwa ini menunjukkan begitu besarnya peran dunia maya untuk
mendukung kebebasan seorang Ibu. Kasus
Prita ini juga sering disamakan dengan kasus Lumpur Lapindo yang keduanya
sama-sama menggunakan jasa sosial media untuk mengumpulkan bantuan, akan tetapi
mengapa kasus Prita dapat dinyatakan
lebih “berhasil”? Itu karena kasus Prita
beresonansi dengan kebanyakan pengguna internet. Selain kasus Prita, kasus dugaan korupsi yang
dilakukan oleh Bibit-Chandra juga menimbulkan berbagai dukungan di sosial media
karena masyarakat berpandangan bahwa kasus ini melibatkan peran orotitas
politik dan kepolisian untuk melemahkan KPK, dan pada akhirnya dukungan dari
masyarakat melalui media sosial berhasil membuat masalah ini untuk tidak dibawa
lebih jauh ke pengadilan.
Kisah yang terakhir merupakan
kisah sosial media yaitu twitter yang menggerakan hati para kaum muda untuk
langsung terjun ke daerah kejadian terjadinya bencana Gunung Merapi
Meletus. Melalu twitter mereka mengetahui
berita tentang Merapi dan akhirnya memutuskan untuk langsung memberikan bantuan
di lokasi kejadian. Twitter ini yang
membantu korban bencana untuk dapat bersuara dan mendorong para pengguna untuk
dapat menangkap suara para korban dan dengan rela hati membantu mereka. Informasi twitter inilah yang menjadi
kekuatan.
Pada intinya internet jika dipergunakan
dengan seoptimal mungkin akan memiliki banyak manfaat yang luar bisa bahkan
untuk melakukan gerakan sosial dan menuju kearah yang lebih baik. Bangsa Indonesia memang bukan bangsa yang
kaya, kita ini miskin. Akan tetapi kita
tidak bodoh, kita ini bangsa yang pandai apalagi jika kita diberi kesempatan
dan kita bisa menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin, kita akan menjadi
bangsa yang dasyat. Bangsa kita ini
secara tidak langsung sudah menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain di dunia
dalam bidang IT, dimana sosial media digunakan untuk menegakan keadilan,
menanggulangi bencana, memberikan nyawa bagi orang lain, dan untuk anti
korupsi. Bangsa Indonesia ini sudah
jalan, bukan bangsa yang hanya diam saat ada sesuatu yang salah. Hanya saja jika pemerintahan masih bodoh
dalam menghadapi rakyat yang begitu pintar, semuanya tidak akan ada apa-apanya.
No comments:
Post a Comment